For a high-performing stroke network in the Dutch province of Limburg, raising its game starts with one of the simplest devices in the Angels Initiative toolbox – and learning goes both ways.
Kenyataan bahwa Rumah Sakit Universitas Maastricht (MUMC) di Belanda menjadi pusat keunggulan terkait dengan perawatan stroke tidaklah mengejutkan. Selama lebih dari 25 tahun, rumah sakit ini telah menjadi pusat akademis dan klinis bagi Profesor Wim van Zwam, ahli radiologi neuro-intervensional dan salah satu peneliti utama dalam percobaan MrClean yang secara dramatis mengubah penatalaksanaan stroke iskemik akut mulai 2015, dan percobaan MrClean_Late yang masih berlangsung untuk perawatan endovaskular bagi pasien yang terlambat datang.
MUMC adalah satu-satunya pusat komprehensif di selatan provinsi Limburg yang menonjol dan berada di tengah-tengah antara Belgia dan Jerman, letaknya yang paling tenggara menjadikannya titik pertemuan tiga negara yaitu Belanda, Belgia, dan Jerman. Bersama dengan empat rumah sakit yang menangani stroke di wilayah tersebut yang merujuk pasien ke MUMC untuk tindakan trombektomi, dan dua layanan ambulans, menjadikannya sebagai bagian dari sebuah jaringan stroke berkinerja tinggi dengan rata-rata waktu door-to-needle tingkat regional di bawah 30 menit dan tingkat perawatan 26% (IVT) dan 6% (EVT) dari semua kasus stroke iskemik.
Jadi, bagaimana cara Anda meningkatkan keunggulan? Menurut produsen Porsche adalah dengan membuat penyesuaian-penyesuaian kecil dan mencermati kemungkinan secara detail.
Ini merupakan pendekatan yang diadopsi oleh Dr. Cláudia Queiroga, manajer proyek Angels dan mantan konsultan di Portugal, setelah Prof. van Zwam dan Dr. Julie Staals, ahli neurologi vaskular di MUMC, menghubungi Angels Initiative pada awal 2021 untuk meminta bantuan dalam mengoptimalkan jaringan stroke regional di Limburg dan khususnya pengalihan pasien dari rumah sakit yang merujuk ke MUMC untuk menjalani tindakan trombektomi.
"Di Angels, kami tidak pernah fokus hanya pada satu hal,” ucap Dr. Queiroga.
Pendekatan holistik terhadap pasien dan jalur perawatan ini normalnya mengharuskan pengamatan terhadap setiap tahap perjalanan pasien, namun karena proses uji coba untuk pengamatan secara langsung dan simulasi terhadang pandemi, Dr, Queiroga terdorong untuk menggali kotak alat Angels lebih dalam.
Angels Plus mengandalkan spreadsheet Microsoft Excel untuk pencatatan dan analisis data proses stroke. Rumah sakit mencatat cap waktu dan tindakan yang paling relevan dalam spreadsheet tersebut untuk dianalisis secara otomatis, dan hasilnya disajikan dalam bentuk grafis yang dengan jelas memperlihatkan di mana perbaikan dapat diterapkan untuk hasil akhir yang lebih baik. Meskipun distandardisasi untuk memudahkan perbandingan dengan rumah sakit lain bila dibutuhkan, namun tetap dapat disesuaikan dengan situasi atau tujuan konsultasi spesifik, dan oleh karena itu dapat membantu memperbaiki tingkat kinerja apa pun, dari rumah sakit yang kekurangan sumber daya di negara berpendapatan rendah menjadi rumah sakit yang mewujudkan tindakan trombektomi mekanis, seperti di Maastricht. Prakarsa ini memiliki kelebihan dan kekurangan: alur kerja pasien akan membaik di wilayah Limburg sementara data yang dikumpulkan dapat berfungsi sebagai tolok ukur untuk proyek Angels lainnya.
Untuk wilayah Limburg, bersama dengan poin-poin data standar seperti waktu masuk rumah sakit, waktu sejak masuk hingga ke pencitraan, waktu pengambilan keputusan terapeutik dan dimulainya perawatan, Angels Plus diterapkan untuk mencatat dan menganalisis antara lain waktu sejak keputusan trombektomi diambil hingga pemindahan pasien, dan durasi pemindahan melalui EMS, serta untuk membedakan antara pasien yang datang dengan cepat (di bawah enam jam sejak kemunculan gejala) dan datang terlambat (hingga 24 jam sejak kemunculan gejala).
”Trombektomi mekanis adalah sebuah bidang dinamis dengan panduan yang terus berkembang untuk pengambilan keputusan dan perawatan,” ujar Dr. Queiroga. Dengan segala kepraktisannya, sifat fleksibel Angels Plus menandakan bahwa alat bantu ini dapat dengan cepat memasukkan pengembangan baru dalam perawatan dan tetap menjadi alat bantu yang efisien untuk memecah jalur pasien dan menargetkan peluang untuk perbaikan.
Sebagai konsultan sejak lahirnya Angels Initiative, Dr. Queiroga membantu rumah sakit yang baru menangani stroke dalam menghadapi tantangan tindakan rekanalisasi pertama mereka. Konsultasi jaringan di Limburg, bahkan pada tahap awal ini dan meskipun ada kendala bahasa, jarak, dan batasan akibat pandemi Covid, menghadirkan pengalaman yang sangat berbeda dan wawasan yang lebih segar.
Rumah sakit dalam jaringan stroke Limburg menghadiri pertemuan regional rutin dan mengumpulkan data pemantauan kualitas sebagaimana mestinya, ujarnya. Tetapi, meskipun waktu perawatan dan tingkat perawatan akut mereka hampir pasti membuat mereka memenuhi syarat untuk status Diamond Angels, jauh sebelum menolak sebuah alat bantu yang pada dasarnya sederhana seperti spreadsheet, mereka telah menyambut konsultasi dengan apa yang digambarkan Dr. Queiroga sebagai “kerendahan hati yang luar biasa dan rasa tanggung jawab yang etis”.
Keinginan untuk melakukan perbaikan tertanam dalam sistem mereka dan memberikan kinerja tertinggi sudah menjadi keseharian mereka," ucapnya. “Mereka memandang perbaikan terhadap perawatan yang mereka berikan kepada pasien stroke sudah menjadi kewajiban mereka, dan oleh karena itu mereka menjadi contoh bagi rumah sakit stroke lainnya.
“Juga terdapat rasa kewilayahan yang kuat. Meskipun masing-masing rumah sakit merupakan sebuah entitas terpisah, terdapat pola pikir regional yang mengatakan, ‘Kita hanya dapat melakukannya jika kita semua melakukannya’.”