Lewati ke konten utama
Polandia

Alur Perawatan Stroke Selama Era COVID-19 di Rumah Sakit Universitas di Lublin

Terkait dengan optimalisasi alur perawatan stroke selama masa "normal", masih belum ada solusi paling efektif di sini.
Angels team 10 Juni 2020

Masa pandemi ini telah memaksa kita untuk melakukan banyak penyesuaian. Karena belum ada pedoman resmi yang harus diikuti, ada kalanya sulit untuk mengetahui dengan pasti perubahan manakah yang benar.

Apakah negara Anda sudah terdampak oleh COVID-19 atau masih bersiap menghadapi masa-masa sulit, kita semua harus mencermati dengan saksama alur stroke kita dan mempertimbangkan semua variabel baru yang tengah kita hadapi. 

Terkait dengan optimalisasi alur stroke selama masa "normal", masih belum ada solusi paling efektif di sini. Semua harus disesuaikan dengan, di antaranya, situasi dan kapasitas sumber daya di lokasi Anda. Terkait dengan optimalisasi alur stroke, belum ada panduan resmi yang bisa diikuti namun kita juga tidak memiliki waktu untuk menunggu. Kita dituntut untuk menentukan sendiri dan cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan mengambil pelajaran antara satu sama lain.  

We recently sat down with Piotr Luchowski MD, PhD and Joanna Wojczal MD, PhD who were kind enough to share about the changes in the stroke pathway of Independent Clinical Hospital no 4 in Lublin, Poland, during this time of pandemic. Pada saat tulisan ini dibuat, Polandia menduduki posisi ke-35 untuk jumlah total kasus COVID-19 di dunia dengan sekitar 22.000 kasus yang dilaporkan1

BAGAIMANA CARA PENANGANAN PASIEN DENGAN DUGAAN STROKE DAN SECARA BERSAMAAN DIDUGA ATAU DIDIAGNOSIS TERINFEKSI SARS-COV-2 DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS DI LUBLIN?
Pasien langsung masuk dari jalur masuk ambulans menuju ruang Gawat Darurat yang diperuntukkan bagi pasien yang diduga atau sudah dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 (zona merah). Pasien dengan riwayat COVID-19 yang belum jelas dikarenakan gangguan bicara atau tidak sadar juga dimasukkan ke ruang Gawat Darurat zona merah. Dokter Neurologi di Departemen Gawat Darurat kemudian memeriksa mereka, meminta dilakukan tes diagnostik dan konsultasi sesuai kebutuhan, serta tes usap nasofaring untuk COVID-19. Dokter Neurologi di ruang Gawat Darurat bersama staf Gawat Darurat selanjutnya memindahkan pasien ke ruang CT yang juga terletak di zona merah. Pemindaian CT kepala dan CT paru tanpa kontras dilakukan untuk setiap pasien dengan dugaan stroke dan secara bersamaan diduga terinfeksi virus SARS-CoV-2. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dan teknisi radiologi. Zat kontras untuk CT angio di zona merah diberikan oleh petugas Gawat Darurat yang telah terlatih. Keputusan perawatan diambil oleh dokter spesialis stroke setelah melakukan konsultasi via telepon/secara langsung dengan dokter spesialis radiologi. 

APA JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD) YANG DIGUNAKAN?
Sebelum kontak pertama dengan pasien, baik dokter spesialis neurologi dan dokter spesialis stroke di ruang Gawat Darurat menggunakan: baju lengan panjang sekali pakai (baju bedah sekali pakai), sarung tangan sekali pakai dengan manset yang dipanjangkan (setidaknya dua pasang - internal dan eksternal), kacamata atau pelindung wajah, pelindung leher, penutup rambut dan masker wajah dengan filter FFP2 atau FFP3 yang terpasang rapat, dan terakhir masker bedah. Dilarang menggunakan masker kertas dan nontenun.
 
APA PROSEDUR YANG HARUS DIAMBIL JIKA PASIEN TIDAK MEMENUHI KUALIFIKASI UNTUK TERAPI REPERFUSI?
Pasien dipindahkan dari ruang CT ke Unit Observasi dan Isolasi di ruang Gawat Darurat. Sangat disarankan untuk mengulangi tes (24 jam setelah tes yang pertama) untuk infeksi SARS-CoV-2 di Unit Observasi dan Isolasi di Ruang Gawat Darurat (disebut juga tes konfirmasi).

Jika hasil tes konfirmasi adalah negatif, maka pasien dipindahkan ke Departemen Stroke pada Klinik Neurologi untuk menjalani penanganan stroke lebih lanjut. Jika hasil tes menyatakan adanya infeksi, dan kondisi pasien memungkinkan mereka untuk dipindahkan ke rumah sakit infeksi, maka pasien tersebut harus dipindahkan setelah kesepakatan terlebih dahulu melalui telepon. Jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dipindahkan, maka pasien akan dipindahkan ke Unit Perawatan Intensif dalam zona merah atau tetap menjadi pasien di Unit Observasi dan Isolasi.

Dokter spesialis neurologi wajib memeriksa pasien setiap hari. Dokter spesialis neurologi yang memeriksa akan menggunakan APD yang disediakan oleh departemen yang merawat inap pasien sebelum berhubungan dengan pasien.

SEPERTI APA ALURNYA JIKA PASIEN MEMENUHI KUALIFIKASI UNTUK TERAPI TROMBOLISIS?
Dokter spesialis stroke sudah memulai perawatan di ruang CT dalam zona merah (bila memungkinkan). Tas stroke yang berisi obat-obatan yang dibutuhkan serta pompa infus untuk memberikan obat tersebut ditempatkan dalam ruang perawatan Gawat Darurat zona merah. Infus lanjutan diberikan di Unit Observasi dan Isolasi dalam lingkup ruang Gawat Darurat. Dokter spesialis stroke hadir saat pemberian obat dilakukan untuk memantau kondisi klinis pasien.

Sangat disarankan untuk mengulangi tes untuk infeksi SARS-CoV-2 di Unit Observasi dan Isolasi di Ruang Gawat Darurat (tes konfirmasi). Jika hasil menunjukkan infeksi SARS-CoV-2, maka pemindahan ke rumah sakit infeksi dapat dilakukan segera setelah pemindaian CT kepala (dilakukan 22-48 jam setelah terapi trombolisis).

SEPERTI APA ALURNYA JIKA PASIEN MEMENUHI KUALIFIKASI UNTUK TERAPI TROMBEKTOMI MEKANIS?
Setelah pemindaian CT dilakukan, maka pasien dipindahkan ke Ruang Bedah di zona merah Departemen Radiologi dan Neuroradiologi Intervensi untuk melakukan prosedur tersebut, Ruang Bedah ini telah dipisahkan dari bangunan utama rumah sakit hanya untuk melakukan prosedur pada pasien yang diduga terinfeksi atau sudah dipastikan terinfeksi SARS-CoV-2, ruang ini dilengkapi dengan kunci-kunci untuk pertukaran dan dekontaminasi, dan pasien juga dapat dipindahkan dari luar dengan melewati koridor rumah sakit. Setiap orang yang berpartisipasi dalam prosedur ini (dokter anestesi, perawat anestesi, dokter spesialis radiologi intervensi, dokter spesialis stroke, perawat intervensi, teknisi radiologi) wajib untuk menggunakan APD. Dokter anestesi, perawat anestesi, dan tim radiologi wajib menggunakan masker FFP2/FFP3 tambahan. 

Setelah prosedur dilakukan, pasien dipindahkan ke Unit Observasi dan Isolasi dalam lingkup ruang Gawat Darurat atau Unit Perawatan Intensif di zona merah. Disarankan agar tes SARS-CoV-2 kedua dilakukan dalam 24 jam setelah tes yang pertama. Jika hasil tes SARS-CoV-2 tersebut negatif, maka pasien dipindahkan ke Departemen Stroke pada Klinik Neurologi.

Jika hasil tes menyatakan adanya infeksi SARS-CoV-2, dan kondisi kesehatan pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke rumah sakit infeksi, maka kita akan mengalihkan pasien setelah terlebih dahulu melakukan kontak dan kesepakatan melalui telepon. Pemindahan dapat dilakukan setelah pemindaian CT kepala (dilakukan 10-48 jam setelah perawatan endovaskular).

APA PROSEDUR UNTUK PASIEN YANG MEMENUHI KUALIFIKASI UNTUK TROMBOLISIS DAN SETELAH TROMBEKTOMI MEKANIS?
Dokter spesialis stroke sudah memulai perawatan di ruang CT (bila memungkinkan). Tas stroke yang berisi pompa infus ditempatkan di ruang perawatan Gawat Darurat di zona merah. Infus dilanjutkan di Ruang Bedah dalam zona merah di bawah Departemen Radiologi Intervensi dan Neuroradiologi, di mana pasien dipindahkan langsung dari ruang CT.

ADAKAH PERUBAHAN MENYANGKUT PENYELENGGARAAN SISTEM KERJA PERSONEL MEDIS DALAM UNIT STROKE SELAMA PANDEMI?
Dalam Unit Stroke, karyawan dibagi ke dalam dua tim untuk bekerja secara bergantian. Setiap tim bekerja rata-rata 2 hari dalam dua giliran kerja, sesudahnya mereka beristirahat selama 2 hari. Sistem tersebut diterapkan sehingga jika, kendati mengenakan sistem pelindung, ada pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2, maka hanya satu tim (separuh tim) yang harus menjalani karantina. Hal ini akan menghindari ditutupnya unit stroke dikarenakan kekurangan staf.

ADAKAH PERUBAHAN DURASI RAWAT INAP PASIEN DI UNIT STROKE DALAM SITUASI SEPERTI SEKARANG INI?
Pasien stroke, jika kondisinya memungkinkan, saat ini tidak akan menjalani rawat inap lebih dari 7 hari sebagaimana direkomendasikan oleh National Health Fund. Mereka diperbolehkan pulang setelah diagnosis lengkap dilakukan, biasanya dalam waktu 5-6 hari. Kami bisa memindahkan beberapa pasien ke Departemen Rehabilitasi. Namun demikian, masalah terbesar yang kami hadapi saat ini adalah pasien yang memiliki defisit neurologis besar dan harus terbaring di tempat tidur. Pusat-pusat Perawatan saat ini tidak bersedia menerima pasien baru, sehingga jika keluarga tidak dapat menyediakan perawatan, maka durasi rawat inap perlu diperpanjang.
 


https://www.worldometers.info/coronavirus/country/poland/. Diambil pada 28 Mei 2020. 

More stories like this

Baru
Malaysia

First Angels Day in Malaysia

Malaysia's first-ever Angels Day in Kuala Lumpur successfully fostered collaboration, shared knowledge, and set a clear strategy for advancing stroke care across the region.
Brasil

Eight thousand heroes and counting

In northeast Brazil, the Angels team took the FAST Heroes campaign to some of the country’s most vulnerable communities and came away inspired. Here they share their experience.
Argentina

A Plan Comes Together in Mendoza

In Mendoza in Argentina we raise our glasses to a telestroke success story involving two doctors – one who had the misfortune of suffering a stroke, and one who had the privilege of treating him.
Bergabunglah dengan komunitas Angels
Powered by Translations.com GlobalLink Web Software